Nama saya Eko Siam Muwardi, Mahasiswa Bidik Misi dari Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Kebahagiaan tidak terkira saat saya dinyatakan lolos SBMPTN melalui jalur Bidik Misi. Terlebih keluargaku sampai airmata pun tertumpah karena haru. Saya yang tinggal dengan kakek dan nenek di Gombong Selatan arah Pantai Karang Bolong ini, harus berusaha keras untuk medapatkan jatah Bidik Misi. Saya sebagai korban “broken home” harus menyakinkan orang tua saya yang berdomisili di Depok, untuk merestui saya kuliah.
Dengan mempersiapkan segalanya sendiri akhirnya saya bisa diterima menjadi mahasiswa Bidik Misi di FE UNY. Mungkin nasib mujur sedang menemuiku, karena tidak semua teman-temanku saat SMA bisa masuk kampus impiannya. Banyak dari mereka yang merogoh kantong dalam-dalam untuk biaya bimbel dengan iklan dan jargon mampu membantu sampai lolos PTN tapi nyatanya gagal juga. Kesempatan inipun lantas tidak saya sia-siakan guna menyambung mimpiku agar dapat menjadi seorang guru.
Menjadi mahasiswa memang hal yang dinanti, tapi kadang pula jika sudah masanya sangat melelahkan dan menguras tenaga. Begitu halnya dengan saya yang menjadi mahasiswa Pendidikan Ekonomi. Walaupun bukan bidang ekonomi murni, namun melelahkannya sama juga dengan yang murni. Setiap hari kami menghadapi rumus-rumus, data statistika, dan permasalahan ekonomi negera kita. Tentu hal ini sangat melelahkan dan membuat mahasiswa kadang patah semangat. Banyak dari mereka yang merasa salah jurusan dan ada juga yang pindah jurusan. Namun, segala kesusahan saya hadapi dengan menggarap Ridho sang illahi, sehingga saya mendapat IP yang cukup untuk ukuran mahasiswa ekonomi.
Ya.. memang IP-ku tergolong cumlaude saat ini, tapi perjuangan ini belum berakhir. Masih ada 4 semester lagi sebelum jatah Bidik Misi-ku berakhir. Berbagai cara aku tempuh selama 4 semester ini, dari aku minta tolong kepada kakak tingkat yang lebih pintar, sampai aku bela-belain menginap demi bisa materi yang disampaikan dosen. Siang malam berusaha bisa mengatur waktu agar bisa belajar, dan akhirnya saya bisa menempuh 4 semester ini. Tak jarang saya juga mengulang mmpelajari mata kuliah yang diberikan dosen.
Mahasiswa Bidik Misi bukanlah mahasiswa sempurna yang serba bisa, begitu pula diriku yang begitu terbatas. Namun keterbatasan ini berusaha aku perbaiki agar kesempatan mendapat Bidik Misi ini tidak berlalu dengan kesia-siaan.
Saya yang memang memiliki sifat aktif, mendarma baktikan sebagian masa kuliahku di organisasi mahasiswa FE. Sekarang saya menjadi pengurus BEM FE UNY—sudah 2 tahun saya menjadi pengurus. Memang dengan masuk organisasi kita semua menjadi orang yang lebih dibanding mereka yang tidak. Kita akan mendapat pengalaman, pengetahuan, dan relasi yang sangat berharga. Saya yang kini juga menjabat sebagai ketua Perhimpunan Mahasiswa Kebumen (Perhimak UNY) mendapat pembelajaran yang sungguh luar biasa. Terlebih di BEM, saya belajar bagaimana menjadi seorang ekonom yang mengawal kebijakan pemerintah dan menyalurkan hasil diskusi kami dengan sebuah forum yang sudah ada.
Saya juga bergabung dalam beberapa forum komunitas, salah satunya adalah komunitas debat. Pengalaman bagaimana saya menjadi pribadi yang mampu mengolah kata-kata saya dapatkan dari forum ini. Dengan forum ini pula saya mampu mengikuti kompetisi baik tingkat regional, maupun tingkat nasional. Selain mengajarkan bagaimana menyampaikan dan mempertahankan argumen, saya juga mendapat jaringan , informasi, dan relasi yang sangat banyak. Beberapa kampus telah aku singgahi dan banyak pula aku menambah daftar nama yang menjadi temanku di semasa kuliah ini. Sehingga mendharma bhaktikan diriku dalam kegiatan kemahasiswaan juga merupakan hal positif yang dapat kita semua lakukan.
Saya juga bergabung dalam beberapa forum komunitas, salah satunya adalah komunitas debat. Pengalaman bagaimana saya menjadi pribadi yang mampu mengolah kata-kata saya dapatkan dari forum ini. Dengan forum ini pula saya mampu mengikuti kompetisi baik tingkat regional, maupun tingkat nasional. Selain mengajarkan bagaimana menyampaikan dan mempertahankan argumen, saya juga mendapat jaringan , informasi, dan relasi yang sangat banyak. Beberapa kampus telah aku singgahi dan banyak pula aku menambah daftar nama yang menjadi temanku di semasa kuliah ini. Sehingga mendharma bhaktikan diriku dalam kegiatan kemahasiswaan juga merupakan hal positif yang dapat kita semua lakukan.
Dapat dikatakan bahwa organisasi mahasiswa merupakan kawah candradimuka kita yang kedua setelah ruang kelas yang penuh dengan teori. Organisasi mahasiswa menyajikan kepada kita hal yang baru dengan pemikiran yang baru dan arti sebuah kata yang bernama mahasiswa. Aku yang pernah di amanahkan sebagai ketua KPU FE UNY menjadi paham akan pentingnya berdemokrasi, pentingnya memilih dalam pemilu, dan tahu akan tata cara penyelanggaraan pemilu. Selain itu kita juga dapat ilmu yang tak kalah pentingnya dari ruang kelas jika kita terjun ke dalam organisasi mahasiswa.
Dengan aktif di organisasi saya menjadi terbuka informasi terutama akan lomba dan kompetisi yang lain. Berbagai lomba telah aku ikuti, baik lomba menulis maupun lomba debat. Pernah aku ke beberapa kampus untuk mengikuti perlombaan. Aku yang merupakan mahasiswa Bidik Misi ini kadang terkendala masalah dana jika ingin lomba. Ya maklum saja dana yang di sediakan kampus kita memang ada batasnya. Dari Jakarta sampai Surabaya telah aku singgahi untuk ikut lomba, pernah menang juga banyak juga yang berakhir dengan kekalahan. Kemenangan lomba pertama aku peroleh saat baru masuk semester 2 saat itu, saya dan kawan tim ku mengikuti lomba debat tentang ekonomi di UMY.
Meskipun perlombaan tersebut hanya tingkat provinsi namun cukup berat juga. Saat itu memang kami cukup berhasil, kami yang di dominasi oleh mahasiswa baru mampu menjadi juara satu dalam perlombaan itu. Perang pendapat tentang ekonomi dapat kami menangkan sampai di final dan pulang dengan membawa piala.
Kemudian saya juga pernah menjuarai lomba menulis essay tingkat nasional. Lomba ini berlangsung di kampusku sendiri, cuman beda fakultas. Dengan analisis mengenai pendidikan kepada masyarakat yang cukup menjanjikan keberhasilan, saya mampu memperdaya dewan juri untuk menempatkanku pada posisi ke 3. Untung saja saya menang, karena dana Bidik Misi yang terlambat cair, dan uang di ATM tinggal Rp. 50.000,- sehingga bisa menambah biaya hidupku ke depan. Namun, ternyata uang yang aku dapat dalam lomba tersebut harus saya gunakan untuk mengikuti lomba di ITS Surabaya, dengan menunggang kereta ekonomi kita sampai di kota pahlawan tersebut.
Dengan analisis isu dan permasalahan yang kami olah dengan jeli, dan dengan kemampuan bertutur kata yang kami pahat di komunitas, kami berusaha menampilkan yang terbaik. Sebagai mahasiswa ekonomi ini merupakan tantangan bagi aku dan timku untuk membuktikan siapa yang terbaik. Terlebih, fakultasku yang mengaku menjunjung tinggi ekonomi kerakyatan, perlombaan ini merupakan uji coba keberhasilan fakultasku dalam membina ekonom mudanya yang berjiwa ekonomi kerakyatan. Dan akhirnya kami mampu membawa pulang piala dan penghargaan lainya. Dengan kemampuan kami dalam memberikan dan mempertahankan argumen kami, mampu menyakinkan dewan juri untuk menjadi yang terbaik.
Kami berhasil menjadi juara satu dalam lomba ini, syukur dan haru bercampur dengan bahagia terlebih untuk diriku yang dana Bidik Misi-nya belum cair. Ini merupakan rezeki yang cukup untuk biaya hidupku ke depan. Bahagia semakin nyata terlihat ketika foto kami saat memegang piala kemenangan di pajang di depan Rektorat, ya mungkin itu cara dari birokrasi untuk memberikan penghargaan kepada kami.
Mungkin banyak sekali kisah yang lebih menginispirasi dari pada kisahku. Aku yang baru berjalan 4 semester masih terlalu dini untuk dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi. Masih banyak hal yang belum diraih dan dicapai untuk mendapat predikat tersebut. Namun tidak ada salahnya berbagi dengan teman-teman terutama Mahasiswa Bidik Misi. Tidak ada ilmu yang mubazir jika kita mensyukurinya. Dan ingatlah teman-teman, berprestasi bukan hanya saat kita mampu mengangkat piala dan berhasil meraih IPK tinggi semata. Berbuat baik, menjadi lebih baik, dan menjalankan tugas kita sebgai mahasiswa dengan baik dan benar itu juga termasuk prestasi.
Selamat berprestasi! Demikian kisahku, bagaimana kisahmu?
Selamat berprestasi! Demikian kisahku, bagaimana kisahmu?
**) Eko Siam Muwardi, Pendidikan Ekonomi 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar